Rabu, 04 Januari 2012

CBSA


BAB VII
CBSA


A.     Pengertian Pendekatan CBSA
Pendekatan CBSA adalah suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dimana pendekatan ini mengutamakan keterlibatan siswa atau dengan kata lain siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
Keaktifan siswa dalam peristiwa pembelajaran mengambil beraneka bentuk kegiatan, dari kegiatan fisik yang mudah diamati sampai kegiatan fisik yang sulit diamati. Kegiatan fisik yang dapat diamati diantaranya dalam bentuk kegiatan membaca, menulis, mendengarkan, meragakan dan mengukur. Sedangkan contoh kegiatan fisik yang tidak dapat diamati diantaranya mengingat kembali isi pelajaran pertemuan sebelumnya, menggunakan khasanah pengetahuan  yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, menyimpulkan hasil eksperimen, membandingkan satu konsep satu dengan konsep yang lain, dan masih banyak lagi contoh kegiatan psikis lainnnya.

B.     Rasionalisasi CBSA dalam Pembelajaran
Kita telah memasuki ambang masyarakat belajar, yaitu masyarakat yang menghendaki pendidikan masa seumur hidup (Husen, 1988: 41). Untuk mempersiapkan siswa menghadapi hal tersebut, kita perlu memikirkan jawaban atas pertanyaan: cara-cara bagainanas siswa memperoleh dan meresapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang menjadi kebutuhannya? Dengan kata lain, guru hendaknya tidak hanya menyibukkan dirinya dengan kegiatan pemaksimalan penyajian isi pelajaran saja.
Untuk menjawab permasalahan yang terkadang dalam pertanyaandi atas, perlu kiranya mengkaji konsep belajar terlebih dahulu. Gage dan Berliner secara sederhana mengungkapkan bahwa belajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang membuat seseorang mengalami perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman yang diperolehnya (Gage dan Berliner, 1984: 252).
 Bertolak dari pemikiran-pemikiran yang terkandung dalam konsepsi pendidikan seumur hidup dan konsepsi belajar serta kenyataan proses pembelajaran, maka peningkatan penerapan CBSA merupakan kebutuhan yang harus segera terpenuhi. Guru hendaknya tidak lagi mengajar sekadar sebagai kegiatan menyampaikan pengetahuan, keterampilan dan sikap kepada siswa.
Dengan penerapan CBSA, siswa diharapkan akan lebih mampu mengenal dan mengembangkan kapasitas belajar dan potensi yang dimilikinya secara penuh, menyadari dan dapat menggunakan potensi sumber belajar  yang terdapat disekitarnya. Selan itu, siswa diharapkan lebih terlatih untuk berprakarsa, berpikir secara teratur, kritis tanggap dan dapat menyelesaikan masalah sehari-hari.

C.     Kadar CBSA dalam Pembelajaran
Mc. Keachie mengemukakan dan dimensi proses pembelajaran yang mengakibatkan terjadinya kadar ke CBSA-an. Adapun dimensi-dimensi yang dimaksud adalah:
a.       Partisipasi siswa dalam menerapkan tujuan kegiatan pembelajaran.
b.       Tekanan pada aspek afektif dalam belajar.
c.       Partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama yang berbentuk interaksi siwa.
d.      Kekohesifan (kekompakan) kelas sebagai kelompok.
e.       Kebebasan atau lebih tepat kesempatan yang diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah.
f.        Jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah pribadi siswa, baik yang berhubungan maupun yang tidak berhubungan dengan sekolah/ pembelajaran .

D.    Rambu-rambu Penyelenggara CBSA
Hakikat CBSA adalah keterlibatan intelektual emosional siswa secara optimal dalam proses pembelajaran dan setiap proses pembelajaran memiliki kadar CBSA yang berbeda-beda. Agar kita dapat menentukan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran, maka perlu mengenal terlebih dahulu rambu-rambu penyelenggaraan CBSA. Rambu-rambu CBSA adalah gejala-gejala yang tampak pada perilaku siswa dan guru baik di dalam program maupun dalam proses pembelajaran.
Rambu-rambu penyelenggaraan CBSA adalah sebagai berikut:
a.       Kuantitas dan kualitas pengaman yang membelajarkan, meliputi antara lain:
-         Kuantitas dan kualitas aktivitas yang melibatkan siswa untuk belajar langsung dari pengalaman belajar yang diciptakan.
-          Kuantitas dan kualitas bahan pembelajaran yang memberikan pengelaman belajar kepada siswa untuk memperoleh dan menemukan pengetahuan, keterampilan dan sikap yang dibutuhkan.
b.      Prakarsa dan keberanian siswa dalam mewujudkan minat, keinginan dan dorongan-dorongan yang ada dalam dirinya.
c.       Keberanian dan keinginan siswa untuk ikut serta dalam proses pembelajaran.
d.      Usaha dan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran.
e.       Keinginan yang ada pada diri siswa.
f.        Rasa lapang dan bebas yang ada pada diri siswa.
g.       Kuantitas dan kualitas usaha yang dilakukan guru dalam membina dan mendorong kreativitas siswa.
h.       Kualitas guru sebagai innovator dan fasilitator.
i.         Tingkat sikap guru yang tidak mendominasi dalam proses pembelajaran.
j.        Kuantitas dan kuallitas metode dan media yang dimanfaatkan guru dalam proses pembelajaran.
k.      Keterikatan guru terhadap program pembelajaran.
l.         Variasi interaksi guru dan siswa dalam proses pembelajaran.
m.     Kegiatan dan kegembiraan siswa dalam belajar.
Adapun kelebihan pendekatan CBSA ini adalah proses belajar mengajar baru bisa berhasil jika guru memiliki kewibawaan (dalam kelas) baik dari segi tampilan, posisi duduk dan dalam hal tutur sapa / perkataan.serta menguasai materi dan media yang akan digunakan. Adapun kekurangan pendekatan CBSA adalah sebagai berikut:
1.      Tidak terjamin dalam melaksanakan keputusan.
2.      Kegiatan diskusi tidak berjalan secara efektif.
3.      Mensyaratkan siswa untuk memiliki keterampilan berdiskusi.
4.      Membentuk pengaturan tempat duduk.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa apabila menggunakan pendekatan ini dalam proses pembelajaran maka siswa yang pandai akan semakin pandai dan bagi siswa yang kurang pandai akan semakin terbelakang.

E.     Penerapan CBSA
Peningkatan kadar CBSA dari suatu proses pembelajaran berarti pula mengarahkan proses pembelajaran yang berorientasi pada siswa atau dengan kata lain menciptakan pembelajaran berdasarkan siswa. Konsekuensi yang harus diterima dari adanya pembelajaran berdasarkan siswa adalah:
1.      Guru merupakan seorang pengelola (manager) dan perancang (designer) dari pengalaman belajar.
2.      Guru dan siswa menerima peran kerjasama (partnership).
3.      bahan-bahan pembelajaran dipilih berdasarkan kelayakannya.
4.      Penting untuk melakukan identifikasi dan penuntasan syarat-syarat belajar (learning requirements).
5.      Siswa dilibatkan dalam pembelajaran.
6.      Tujuan ditulis secara jelas.
7.      Semua tujuan diukur/dites. (Gale, 1975: 204)
Adanya konsekuensi dari penerapan pembelajaran berdasarkan siswa yang akan dapat meningkatkan kadar CBSA suatu proses pembelajaran, lebih jauh menuntut agar guru: (i) memiliki khasanah pengetahuan yang luas tentang teknik/cara penampaian atau system penampaian, dan (ii)memiliki criteria tertentu untuk memilih system penyampain yang tepat untuk memberikan pengalaman belajar kepada siswa yang terlibat dalam proses pembelajaran.
Seperti yang dikemukakan oleh Ausubel (1978), untuk dapat melihat lebih jelas kadar ke-CBSA-an dan kebermaknaan suatu proses pembelajaran, ada dua dimensi yang dapat dipertentangkan. Adapun contoh-contoh tersebut adalah:
1.      Tabel perkalian
2.      Penerapan formula (rumus) untuk pemecahan masalah.
3.      Pemecahan teka-teki
4.      Kerja laboratoris sekolah
5.      Ceramah atau penyajian buku teks pada umumnya.
6.      Penelitian atau hasil intelektual rutin pada umumnya.
7.      Klasifikasi keterhubungan antarkonsep.
8.      Pembelajaran audio-tutorial yang dirancang dengan baik.
9.      Penelitian ilmiah.

F.      Pendekatan Keterampilan Proses sebagai bagian dari CBSA
1.      Rasionalisasi Pendekatan Keterampilan Proses dalam Pengajaran
Tujuan pokok penyelenggaraan kegiatan pembelajaran ini mengandung makna untuk meletakkan landasan bagi belajar seumur hidup. Tujuan ini harus tercapai, kalau kita ingin memenuhi tuntutan percepatan perubahan yang berlangsung terus-menerus. Pada masa sekarang ini, bukanlah waktunya lagi bagi guru untuk menjadi orang pertama-tama yang bertindak sebagai komunikator “fakta-fakta konsep, dan prinsip-prinsip yang mantap”.
Premis pertama, mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar. Dengan kata lain pada tahap ini siswa mengalami keterpaksaan dalam belajar.
Premis kedua, mengungkapkan bahwa guru merupakan motor penggerak yang membuat siswa terus-menerus belajar, dari pihak siswa tiada kegiatan belajar spontan.
Apabila perubahan lebih lanjut, kita akan tiba pada kesimpulan bahwa penerapan PKP dalam kegiatan pembelajaran didasarkan pada hal-hal berikut:
a.       Percepatan perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Percepatan perubahan IPTEK ini,tidak memngkinkan bagi guru bertindak sebagai satu-satunyaorang yang menyalurkan semua fakta dan teori-teori.
b.      Pengalaman intelektual, emosional dan fisik dibutuhkan agar didapatkan hasil belajar yang optimal
Ini berarti kegiatan pembelajaran yang mampu membri kesempatan kepada siswa memperlihatkan unjuk kerja melalui sejumlah keterampilan memproses semua fakta, konsep dan prinsip sangat dibutuhkan. .
c.       Penanaman sikap dan adaptasi sebagai pengabdi pencarian abadi kebenaran ilmu
Hal ini menuntut adanya pengenalan terhadap tat cara pemrosesan pemerolehan kebenaran ilmu yang bersifat kesementaraan.
2.      Pengertian Pendekatan Keterampilan Proses dan Keterkaitannya dengan CBSA
Pendekatan keterampilan proses dapat diartikan sebagai wawasan atau anutan pengembangan keterampilan-keterampilan intelektual, sosial dan fisik yang bersumber dari kemampuan-kemampuan mendasar yang pada prinsipnya telah ada dalam diri siswa (Depdikbud, 1986 b: 7).
a.       pendekatan keterampilan proses memberikan kepada siswa pengertian yang tepat tentang hakikat ilmu pengetahuan.
b.      Mengajar dengan keterampilan proses berarti memberi kesempatan kepada siswa bekerja dengan ilmu pengetahuan, tidak sekedar menceritakan atau mendengarkan cerita tentang ilmu pengetahuan.
c.       Menggunakan keterampilan proses untuk mengajar ilmu pengetahuan, membuat siswa belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. (Funk, 1985: xiii)
3.      Jenis-jenis Keterampilan dalam Keterampilan Proses
Ada berbagai keterampilan dalam keterampilan proses, keterampilan-keterampilan tersebut terdiri dari keterampilan-keterampilan dasar (basic skill). Keterampilan-keterampilan dasar ini terdiri dari enam keterampilan yakni:
a.       Mengobservasi
Melalui kegiatan observasi, kita belajar tentang dunia sekitar kita yang fantastis. Manusia mengamati objek-objek dan fenomena alam dengan pancaindera: penglihatan, pendengaran, perabaan peniuman dan perasa/pengecap.
Mengamati memiliki dua sifat utama yaitu sifat kualitatif dan sifat kuantitatif. Mengamati bersifat kualitatif apabila dalam pelaksanaanya hanya menggunakan pancaindera untuk mendapatkan informasi. Contoh kegiatan mengamati yang bersifat kualitatif adalah menentukan warna (penglihatan), mengenali suara (pendengaran), membandingkan rasa (pengecap), menentukan kasar halus suatu objek (perabaan) dan membedakan bau suatu objek (penciuman).
Mengamati bersifat kuantitatif apabila dalam pelaksanaanya selain mengunakan pancaindera, juga menggunakan peralatan lain yang memberikan informasi khusus dan cepat. Contoh kegiatan mengamati yang bersifat kuantitatif adalah menghitung panjang ruang kelas dengan satuan ukuran tegel, menentukan suhu air dengan menggunakan termometer.
b.      Mengklasifikasi
Mengklasifikasikan merupakan keterampilan proses untuk memilah berbagai objek peristiwa berdasarkan sifat-sifat khususnya, sehingga didapatkan golongan/kelompok sejenis dari objek peristiwa yang dimaksud. Contoh kegiatan yang menampakan keterampilan mengklasifikasi adalah mengklasifikasikan makhluk hidup selain manusia menjadi dua kelompok: binatang dan tumbuhan, mengklasifikasi binatang menjadi binatang beranak dan bertelur.
c.       Mengkomunikasikan
Komunikasi yang efektif, jelas dan tidak samara-samar menggunakan keterampilan-keterampilan yang perlu dalam komunikasi, hendaknya dilatih dan dikembangkan pada diri siswa.
Mengkomunikasikan dapat diartikan sebagai menyampaikan dan memperoleh fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan dalam bentuk suara, visual atau suara visual. Contoh kegiatan dari keterampilan mengkomunikasikan adalah mendiskusikan suatu masalah, membuat laporan, membaca peta dan kegiatan lain yang sejenis.
d.      Mengukur
Mengukur dapat diartikan sebagai membandingkan yang diukur dengan satuan ukuran tertentu yang telah ditetapkan sebelumnya. Contoh kegiatan yang menampakan ketereampilan mengukur antara lain: mengukur panjang garis, mengukur berat badan.
e.       Memprediksi
Memprediksi dapat diartikan sebagai mengantisipasi atau membuat ramalan tdentang segala hal yang akan terjadi pada waktu mendatang, berdasarkan perkiraan pada pola atau kecenderungan tertentu, atau hubungan antara fakta, konsep dan prinsip ilmu pengetahuan.
f.        Menyimpulkan
Menyimpulkan dapat diartikan sebagai suatu keterampilan untuk memutuskan keadaan suatu objek atau peristiwa berdasarkan fakta, konsep dan prinsip yang diketahui. Kegiatan-kegiatan yang menampakan keterampilanmenyimpulkan antara lain: berdasarkan pengamatan diketahui bahwa api lilin mati setelah ditutup dengan gelas rapat-rapat, siswa dapat menyimpulkan bahwa lilin dapat menyala apabila ada oksigen.
Keterampilan-keterampilan proses yang perlu dikembangkan, tidak dapat dikembangkan pada semua bidang studi untuk semua keterampilan yang ada. Pembahasan menyangkut mengapa suatu keterampilan proses penting dikembangkan, pengertian keterampilan proses tersebut dan kegiatan-kegiatan yang menunjukan penampilan dan keterampilan proses tersebut.
4.      Penerapan Keterampilan Proses dalam Pembelajaran
Penerapan PKP dalam pembelajaran bukan merupakan hal yang mengada-ada, akan tetapi merupakan hal yang wajar dan harus dilaksanakan oleh setiap guru dalam pembelajarannya. Untuk dapat menerapkan PKP dalam pembelajaran, kita perlu mempertimbangkan dan memperhatikan karakteristik siswa dan karakteristik mata pelajaran.


Pertanyaan:
1.      Apa yang dimaksud dengan pendekatan CBSA?
Jawab: Pendekatan CBSA merupakan suatu pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran dimana pendekatan ini mengutamakan keterlibatan siswa atau dengan kata lain siswa dituntut untuk aktif dalam proses pembelajaran berlangsung.
2.      Jelaskan maksud dari pernyataan pada premis pertama!
Jawab: Premis pertama, mengungkapkan bahwa siswa belajar sesuatu bukan karena hal yang dipelajari menarik atau menyenangkan baginya tetapi siswa belajar hanya ingin menghindarkan diri dari ketidaksenangan bila ia tidak belajar. Dengan kata lain pada tahap ini siswa mengalami keterpaksaan dalam belajar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar